Saturday, February 16, 2008

Suami takut istri

Sebenarnya bukan hanya suami saja yang saya maksud, tapi juga calon suami. Akhirnya yang bisa terjadi juga adalah calon suami takut calon istri.

Menunggu lama akibat delay pesawat memang sangat menyebalkan. Apalagi sampai 3 jam. Waktu menunggunya pun jauh lebih lama daripada perjalanan yang akan ditempuh. Tapi untungnya ada hal menarik yang didapat selama waktu menunggu tersebut.

Gate 6, bandara Juanda waktu itu cukup penuh dengan calon penumpang. Termasuk saya salah satunya. Prosesi kebutan-kebutan sopir taksi yang saya kendarai tadi tampaknya sangat percuma. Toh akhirnya pesawat yang hendak saya naiki delay cukup lama. Di ruang tunggu itulah saya bertemu dengan 2 orang yang se-almamater dengan saya.

Setelah menanyakan kabar dan keperluan masing-masing, maka kami pun bertukar cerita. 2 orang teman baru saya tersebut ternyata satu program studi dulunya, tetapi berbeda jurusan dengan saya. Mereka pun bertukar informasi tentang teman-teman sejurusan mereka. Si anu pindah kerja di sana, si itu sekarang kerja di sono dst dst. Dan akhirnya salah satu dari mereka pun mengutarakan pendapat : " Kayaknya cowok-cowok ********** (menyebutkan jurusan dan almamaternya) tuh atau mungkin semua cowok ** (menyebutkan almamaternya) tuh gak pernah takut sama kerjaan. Gak pernah takut sama atasan. Tapi takut sama 1 hal : istri atau calon istri ". Pendapat itupun diikuti dengan penyebutan sejumlah nama yang pindah atau berusaha pindah kerja dengan alasan ingin lebih dekat dengan domisili istri atau calon istri.

Untuk para lelaki yang satu almamater dengan saya, setujukah anda dengan pendapat itu ? :)

Thursday, February 14, 2008

Human brain & women stuff

Catatan : dalam tulisan berikut terdapat merek-merek yang sengaja disebut untuk menyederhanakan isi tulisan.

Apa yang anda pikirkan saat seorang kasir yang sedang merekapitulasi barang belanjaan anda berkata : "Pampers-nya gak sekalian, Pak?". Padahal saya tidak sedang membutuhkan popok bayi, belum mempunyai bayi dan tidak sedang berinteraksi dengan bayi.

Semuanya bermula saat saya sedang menunggu pesanan makanan saya disiapkan. Jika anda pernah ke Cilegon dan mampir ke rumah makan Asmawi, nah disitulah saat itu saya berada. Anda bisa memesan berbagai macam jenis sate. Mulai dari sate ayam, kambing, bebek, sapi atau cumi. Tak ketinggalan pula berbagai jenis sop yang sangat menggugah selera. Saya merekomedasikan sop iga sapi yang rasanya 'mak nyus'.

Kembali ke cerita pampers. Di sebelah Asmawi terdapat sebuah swalayan berinisial I. Saat menunggu pesanan makanan tersebut, sebuah pesan singkat dari seorang teman masuk : "An nitip KIRANTI (utk yg pas dtg bln) 1. Tq". Dari pesan singkat tersebut dan iklan di televisi, anda pasti tahu apa itu KIRANTI. Setelah celingak-celinguk beberapa saat mencari produk minuman kesehatan khusus wanita tersebut, saya pun menanyakan dimana produk tersebut berada. Ternyata produk tersebut memang terdiri dari beberapa varian. Pantas saja teman saya tadi memberikan penjelasan tambahan tentang varian mana yang harus dibeli. Saat mengantri pun tiba. Saat sedang berbaris di antrian, sebuah pesan singkat masuk : " An, kirantine 2.tq". Saya pun balik kanan maju jalan, mengambil satu botol lagi dan tentu saja harus memulai lagi antrian dari baris paling belakang.

Sesampainya di depan kasir.
Kasir : "Selamat malam Pak. Ada lagi yang diperlukan?"
Saya : "Sudah semuanya"
Kasir : Memeriksa dan menginput harga belanjaan saya (beberapa makanan kecil & pesanan teman saya tadi). "Pampers-nya gak sekalian, Pak?"
Saya : "Hmm". Berpikir sebentar. "Oh nggak. Ini aja." Sambil senyum-senyum. Pasti yang dimaksud pampers bukanlah popok bayi.
Kasir : Menyebutkan sejumlah uang yang harus saya bayar, memasukkan belanjaan. " Terima kasih. Selamat berbelanja kembali."

Hebatnya otak manusia. Tanpa memberikan informasi yang lengkap, kasir swalayan tersebut tahu barang apa yang kemungkinan saya butuhkan untuk 'menemani' produk minuman kesehatan khusus wanita yang saya beli. Mungkin karena kasir tersebut perempuan. Dan saya pun tahu apa yang dimaksud dengan 'pampers'. Anda tahu kan 'pampers' yang dimaksud oleh kasir swalayan tersebut?