Wednesday, April 17, 2013

5S dalam Bisnis Rumahan

Anda tahu rahasia Toyota menjadi salah satu perusahaan kelas dunia yang top markotop dan produk-produk yang josgandos ? Salah satunya adalah 5S. 5S telah menjadi filosofi di lingkungan perusahaan tersebut dan menular ke perusahaan-perusahaan lain. 5S merupakan metode pengorganisasian tempat kerja yang terdiri dari : seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke.

Filosofi 5S ini bisa diterapkan dimana saja termasuk pada bisnis skala UKM dan bisnis rumahan. Bagaimana penerapannya ? Mari kita telisik bersama

1. Seiri (Sisih)
Prinsip seiri adalah identifikasi kegunaan dan singkirkan yang tidak berguna. Identifikasi barang di lingkungan kerja Anda, lalu sisihkan yang tidak berguna. Saat Anda terlalu lama berpikir tentang kegunaan suatu barang ada kemungkinan barang tersebut sebenarnya tidak berguna. Lalu akan diapakan barang-barang yang tidak berguna ? Bisa dipakai ulang, misal kertas bekas yang bisa dimanfaatkan untuk coretan kasar. Bisa dijual, jika memang bernilai ekonomis. Atau relakan saja jika satu-satunya muara adalah tempat pembuangan sampah. Dengan begitu tempat kerja Anda akan menjadi lebih simpel dan hanya barang-barang yang dibutuhkanlah yang ada di tempat kerja.

2. Seiton (Susun)
Prinsip seiton adalah setiap barang ada tempatnya. Identifikasi frekuensi dan tingkat kepentingan penggunaan barang. Semakin sering dan penting suatu barang, tempatkan yang paling mudah dan cepat dijangkau. Barang-barang yang berat sebaiknya diletakkan di bagian bawah. Keteraturan penempatan barang dapat memangkas waktu yang biasa digunakan untuk mencari barang.

3. Seiso (Sapu)
Prinsip seiso adalah kebersihan. Bersihkan tempat kerja Anda. Terutama setelah selesai bekerja. Bukankah kebersihan pangkal kesehatan ?

4. Seiketsu (Standard)
Prinsip seiketsu adalah menjadikan standard. Penerapan 3S yang pertama memerlukan standardisasi agar dapat dilaksanakan secara terus menerus : siapa melakukan apa saat kapan dan dimana. Standardisasi memudahkan kita menerapkan dan mengevaluasi penerapan 3S pertama.

5. Shitsuke (Sikap)
Prinsip shitsuke adalah menjadikan kebiasaan. 5S tidak sekedar metode, 5S harus menjadi kebiasaan jika memang ingin mendapatkan manfaat yang optimal. S yang terakhir ini dilakukan dengan menjaga dan mereview standard secara berkala.

Prinsip 5S bisa diterapkan dimana saja. Di perkantoran, rumah sakit, sekolah, organisasi sosial, bisnis skala raksasa hingga bisnis rumahan. Bukankah Anda menjadi lebih semangat jika memiliki tempat kerja yang nyaman dan rapi ?

Tuesday, April 09, 2013

Berbagi Membuka Banyak Kebaikan

Kontribusi positif di masyarakat bisa dalam bentuk apapun. Bisa jadi hal sangat sederhana dan dekat dengan keseharian kita. Itu yang mendasari beberapa alumni SMA 2 Madiun membuat sebuah aksi sosial dinamakan Smuda Berbagi. Mengusung semangat berbagi, aksi ini mencoba melakukan apa yang bisa dilakukan, dimulai dari skala lokal.


Aksi sosial Smuda Berbagi ini sebenarnya bisa dirunut 2 tahun ke belakang. Meski waktu itu belum menamakan diri secara resmi sebagai Smuda Berbagi. Aksi sosial ditandai dengan kegiatan berbagi kegembiran bersama anak-anak yatim pada bulan puasa. Beberapa orang menghendaki kegiatan sosial yang kontinu, tidak hanya saat bulan puasa. Maka dibentuklah satu wadah yang diharapkan mampu menjaga semangat berbagi secara terus-menerus.

Memanfaatkan kemudahan akses, maka program pertama Smuda Berbagi adalah beasiswa bagi adik-adik di SMA 2 Madiun. Langkah ini dirasa yang paling dekat, paling mudah dan dinilai bisa mewujudkan  semangat berbagi secara kontinu. Smuda Berbagi memilih beasiswa karena memang adik-adik di SMA 2 Madiun saat ini belum 100% bebas biaya sekolah. Dan seperti yang semua kita yakini bahwa pendidikan adalah salah satu amunisi ampuh untuk mengangkat derajat hidup.

Maka saat saya menyusun satu tulisan mengenai program beasiswa Smuda Berbagi, saya memilih judul 'Melipatgandakan Semangat Bersekolah'. Harapan Smuda Berbagi dengan program beasiswa ini adalah turut menjaga semangat adik-adik penerima beasiswa dan juga orangtuanya untuk tetap bersekolah apapun kondisinya. Dan semangat inilah yang ditemukan relawan Smuda Berbagi saat survey ke kediaman penerima beasiswa.

Berbagi bisa dimulai dari hal kecil dan diharapkan bisa membesar seiring waktu. Itu juga yang menjadi harapan Smuda Berbagi agar dapat bermanfaat dalam skala yang lebih besar di kemudian hari. Saya percaya, dan semoga juga Anda, bahwa berbagi membuka banyak kebaikan.

Wednesday, April 03, 2013

Bisnis Sosial yang Menguntungkan

Secara sederhana suatu bisnis ada untuk memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah. Tak terkecuali bisnis sosial. Anda tentu pernah mendengar tentang Gerakan Indonesia Mengajar yang digagas oleh Anies Baswedan atau Dompet Dhuafa dengan berbagai aksi sosialnya. Indonesia Mengajar memberikan jawaban atas minimnya pengajar berkualitas di daerah-daerah pelosok. Sedangkan Dompet Dhuafa berusaha menghimpun dana dan mengelolanya untuk berbagai aktivitas sosial. Menjadi donatur maupun partisipan untuk berbagai bisnis sosial tersebut merupakan salah satu upaya kita untuk berbagai kebaikan kepada masyarakat dimana kita tinggal di dalamnya.

Atau Anda tertarik untuk membangun bisnis sosial sendiri ? Bisa dimulai dari sekitar kita dalam lingkup lokal. Ada banyak sekali permasalahan sehari-hari yang tampak akrab namun juga penting untuk diselesaikan. Akses pendidikan dan kesehatan, kebersihan lingkungan ataupun tidak meratanya kesejahteraan. Anda bisa saja memilih satu bidang yang dekat dengan keseharian Anda. Tak perlu muluk-muluk dahulu, karena yang terpenting adalah impak dari keberadaan bisnis sosial tersebut.

Pengelolaan bisnis sosial sangat tergantung skala bisnis yang dijalankan. Juga tergantung dari solusi sosial yang coba ditawarkan. Namun pengelolaan bisnis sosial paling tidak mencakup 4 hal antara lain : Operasional & Aktivitas Sosial, Pendanaan & Manajemen Keuangan, Organisasi & Personil, serta tak kalah penting proses Marketing bisnis sosial tersebut.

Salah satu aspek yang paling penting dalam bisnis sosial adalah akuntabilitas. Bisnis sosial harus dapat menjelaskan segala kegiatannya kepada publik meskipun tidak detil. Akuntabilitas juga dibutuhkan karena bisnis sosial seringkali bersinggungan dengan donatur. Akuntabilitas dibutuhkan untuk meraih kepercayaan agar dampak bisnis sosial tersebut semakin terasa.

Selayaknya bisnis pada umumnya, bisnis sosial juga mengejar keuntungan. Hanya saja orientasi keuntungan bisnis sosial berbeda dengan bisnis konvensial. Berbagai aktivitas sosial yang digerakkan tentu saja bermuara pada keuntungan sosial. Kalaupun ada keuntungan secara finansial maka keuntungan itu dapat digunakan untuk membuat bisnis sosial tersebut semakin tumbuh dan berkembang. Dan sudah sewajarnya pelaku bisnis sosial percaya bahwa kebaikan akan dibalas dengan kebaikan.