Edensor dan Maryamah Karpov. Dua judul terakhir yang direncanakan untuk melengkapi tetralogi Laskar Pelangi. Andrea Hirata. Jaminan yang besar bahwa kedua tulisannya ini akan mengikuti jejak dua pendahulunya. Paling tidak harapan pribadi saya yang membaca Laskar Pelangi dan Sang Pelangi secara berurutan. (Sedikit banyak berterimakasih pada insomnia saya yang memungkinkan saya membaca keduanya tanpa jeda). Meninggalkan keingintahuan yang besar tentang perjalanan hidup si Ikal. Dan mungkin jawaban atas keingintahuan itu sepertinya tidak bisa didapatkan dalam waktu dekat. Meskipun sang penulis mengaku sedang menulis kedua novel lanjutannya ini secara simultan, paling tidak butuh waktu beberapa bulan untuk mengeluarkan novel berikutnya dan tentu saja beberapa bulan lagi untuk novel berikutnya. Jarak penerbitan Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi saja sekitar 7 bulan.
Laskar Pelangi
11 orang anak Melayu Belitong 'menikmati' pendidikan di sekolah yang hampir rubuh. Toh mereka tak pernah mengeluh. Menikmati pendidikan di sebuah kawasan yang strata sosialnya sangat mencolok terlihat. DILARANG MASUK BAGI YANG TIDAK MEMILIKI HAK. Sebuah kalimat yang seperti mengekalkan jurang yang terbentang antara bangsawan pengeruk timah dengan rakyat jelata. Rakyat jelata yang seperti tikus kurus di lumbung padi. Meskipun demikian, bibir-bibit kejeniusan tumbuh di sekolah yang hampir rubuh itu. Tengok saja Lintang yang membabat habis soal lomba cerdas cermat untuk membungkam siswa sekolah bangsawan timah atau Mahar yang menciptakan sebuah art performance yang mampu mengungguli marching band dari --lagi-lagi-- sekolah bangsawan timah. Dan 9 karakter lain yang unik.
Melihat alam Belitong. Itu yang didapatkan ketika membaca novel ini. Deskripsi alam Belitong yang cerdas menggiring pembaca hingga serasa menjejakkan kaki di Belitong. Penulis bercerita dengan garis waktu yang sedikit banyak melompat-lompat. Dari satu peristiwa ke peristiwa lain yang kadang membuat pembaca tidak tahu persis kapan peristiwa itu terjadi. Tapi hal itu tak mengurangi kekuatan dari cerita : mimpi, perjuangan, ilmu dan -tentu saja- cinta. Sesekali anda akan tersenyum bahkan tertawa lebar. Dan beberapa bagian membuat anda sedih atau mungkin sekedar terenyuh.
Sang Pemimpi
Jika Laskar Pelangi menceritakan perjalanan Ikal dari kelas 1 SD sampai 3 SMP, maka Sang Pemimpi menghadirkan kehidupan remajanya. Ikal, Arai dan Jimbron. Kekuatan mimpi mereka mengalahkan kepenatan hasil kerja fisik mereka. Persahabatan unik antara Ikal, Arai dan Jimbron menghadirkan petualangan yang sangat lucu tapi kadang juga sangat menyentuh. Bertiga mereka melarikan diri dari kejaran sang guru galak atau hanya sekedar berguru ke seorang playboy cap dua cula untuk meluluhkan hati seorang gadis. Ikal dan Arai mengejar mimpinya hingga pulau Jawa. Rela mengerjakan apapun untuk mengejar mimpinya hingga sebuah surat dari pak Pos memberikan jawaban atas penantian mereka. Sebuah mozaik yang membuka kesempatan Ikal dan Area kuliah di Sorbone. "Kita akan sekolah ke Prancis, menjelajah Eropa sampai Afrika! Apapun yang terjadi."
Masih seperti Laskar Pelangi, dalam Sang Pemimpi, Andrea Hirata masih menunjukkan kekuatannya dalam mendeskripsikan latar, mengaduk-ngaduk emosi pembaca dan masih memakai penutur orang pertama. Sedikit dialog dan begitu banyak informasi yang tertumpah di antara tulisan-tulisannya. Sang Pemimpi tidak selucu dan sepadat Laskar Pelangi. Mungkin karena tokohya lebih sedikit dan mulai beranjak dewasa. Sebagai memoar perjalanan hidupnya Andrea Hirata menawarkan ilmu, semangat, integritas, keberanian bercita-cita dan ajakan untuk tidak pernah menyerah.
Di tengah derasnya serbuan teenlit dan chicklit serta cerita-cerita yang bertema pop lainnya ataupun sastra wangi yang mulai jenuh dan memerlukan penyegaran, Andrea Hirata menghadirkan bacaan yang menghibur sekaligus mencerahkan. Menghadirkan potret realita kehidupan masyarakat yang memang 'penting' untuk diangkat. Dan yang tak kalah penting lagi, ia adalah sastrawan lokal alias dalam negeri.
Jadi, apa yang akan ada dalam Edensor dan Maryamah Karpov? Masihkan sesegar dan seunik Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi? Kita tunggu saja.
11 comments:
aan..bukunya kaya bagus...punya lo? mau pinjem dong....
Mengulang kisah sukses Widodo Soewardjo, mahasiswa zaman orde lama yang terasing ke kuba dalam mencari kekasihnya, Widari
Soewahjo (yang pernah dimuat di detik.com sehingga Andi Mallarangeng -pun turut sibuk), maka saya usul kegiatan selanjutnya adalah mencari info
tentang cinta pertama Bapak Andrea Hirata, penulis novel Laskar Pelangi
kepada A Ling yang pergi ke Tanah Jawa dan sampai sekarang nggak pernah
ada kontak...A Ling adalah wanita dari Belitung dan tidak ada info
terakir...
gimana, Setujukah?
salam,
agustan
Nagoya University Foreign Student House
2-23 Tosei-cho, Showa-ku
Nagoya-shi Japan
edensornya uda keluar.... n tetep kerennnnnnn abiezzzz..
sumpah de ni buku adalah buku dalam negeri terbagus yg pernah gw baca!!!
salutt bwt Andrea Hirata!
saya lebih merindukan dan menginginkan Maryamah Karpov nya mas andrea dari pada harry potter. sepupu saya malah udah 3 kali ngulang baca laskar pelangi, edensor dan sang pemimpi. jangan kelamaan ya mas andrea ntar " aku jadi capek deh... "
andrea hirata emang jempol abisss.. //
aku juga lagi nunggu maryamah karvov kayaknya udah nggak sabar.........nih
ikal...aku ingin menjadi A LING-mu
Filmnya harus bagus. harus...
menurutku LP lebih mirip Toto chan tp bnyk bedanya seh. tp asli untuk novel indonesia(bisa jd kisah"sgt"nyata)benar2 mendidik dan menyentuh.Jangan pernah berhenti bermimpi.
Edensor sdh ada n aku sdh beli, lebaran tahun 2007 lalu Maryamah Karpov sdh ada di Gramedia Plaza Surabaya tp waktu itu aku ga langsung beli, soale lagi nyari Laskar Pelangi.
So...kenapa sekarang dibilang Maryamah Karpov belum keluar?????
Strategi marketing......???
Mas Andrea Maryamah K lama banget launchingnya
Maryamah Karpov dah launcing kok!
Post a Comment