Wednesday, July 19, 2006

Anak Kecil

I am one
I am child
I’m the saint who marches in love
........
(Child - Nidji)

Anak kecil katanya sangat jujur. Anak kecil spontan berekspresi meskipun ekspresinya kadang-kadang menyakiti orang-orang yang ada di sekitarnya. Anak kecil katanya sangat peka. Anak kecil katanya bagai selembar kertas polos yang siap diwarnai. Anak kecil katanya seperti sepon yang menyerap segala sesuatu dengan cepat.

Anak kecil akan menjadi bintang. Saya, kakak saya, sepupu-sepupu saya yang sekarang telah kuliah bahkan bekerja pernah menjadi anak-anak kecil di keluarga besar kakek saya. Dan sekarang anak-anak kecil itu telah digantikan oleh sepupu-sepupu saya yang masih duduk di SD dan keponakan-keponakan saya yang masih kecil-kecil. Merekalah yang menjadi bintang sekarang. Hal itu terasa saat kemarin saya berkumpul dengan keluarga besar kakek. Di saat eyang putri, eyang kakung, pakpuh, bupuh, om dan bulik menanyakan perihal kapan lulus, mau kerja dimana, sudah punya calon apa belum dan sejenisnya, saya harus merelakan diri saya menjadi bahan olokan anak-anak kecil itu bahkan menjadi sasaran pukul setiap saat. Bergantian melayani obrolan antara anak kecil vs sesepuh-sepuh keluarga atau menggendong sepupu kecil saya yang centilnya minta ampun. Dan ajaibnya (itulah keajaiban yang kita dapatkan saat bersama anak kecil) saya melakukannya dengan baik-baik saja.

Itulah anak kecil. Kita bisa belajar banyak hal dari anak kecil meskipun masing-masing kita pernah menjadi anak kecil. Mengapa kita sabar bahkan terkadang sangat sabar menghadapi polah tingkah anak kecil. Mengapa kita bertutur dengan sangat sopan dan terkadang menggunakan bahasa mereka saat berbicara dengan mereka. Mengapa kita mati-matian berbuat apa saja hanya untuk melihat sebulir senyum di bibir mereka ataupun hanya karena tidak tega melihat air mata yang mulai tampak di sudut mata mereka. Mengapa hal-hal itu kadang sulit kita lakukan kepada orang dewasa.

Bandung, 19 Juli 2006

No comments: