Sunday, February 12, 2006

Kahuripan yang kucintai

Meskipun kejadian ini sudah cukup lama, tapi tetap saja terasa unik jika dipikirkan lagi. Tepatnya saat menjelang Hari Raya Kurban kemarin.

Saat itu sengaja pulang kampung dengan kereta api ekonomi karena selain pulangnya juga mendadak alias tidak terencana juga karena murah meriah. Tidak ada pilihan lain selain kereta api Kahuripan. Satu-satunya kereta api yang berangkat dari Bandung dengan tujuan ke timur yang berangkat pada malam hari. Bayangan saya ketika itu tidak terlalu ramai, seperti pada waktu sebelum-sebelumnya naik kereta api ini.

Sampai di stasiun Kiara Condong untuk antri tiket, ada informasi bahwa tempat duduk habis. Ah paling seperti biasa, berdiri sebentar nanti kalau sudah sampai sekitar Kebumen pasti dapat tempat duduk, pikirku. Saat masuk ruang tunggu penumpang, mulai curiga. Lebih ramai dari hari-hari biasanya. Mungkin memang lagi liburan.

Saat kereta yang ditunggu sampai di stasiun, penumpang mulai naik ke kereta. Tapi saat penumpang dari stasiun Kiara Condong pun belum naik, kereta ini sudah penuh dengan penumpang. Jadi saat meninggalkan Kiara Condong, kereta Kahuripan ini cukup penuh dengan penumpang. Belum lagi saat berhenti di hampir semua stasiun kecil dan pasti ada penumpang yang naik. Alhasil, setiap jengkal kereta ini penuh dengan penumpang. Jangan dibayangkan hanya penuh di kursi penumpangnya saja, tetapi benar-benar dipenuhi oleh penumpang pada lorong di antara tempat duduk bahkan sambungan kereta. Kecuali kamar kecil mungkin. Tapi ada satu pengecualian, di kamar mandi dekat tempat saya 'bermukim' waktu itu, ada satu penumpang yang nekat duduk di dalam kamar mandi selain karena tidak ada tempat yang tersisa juga karena tidak membawa tiket. Mungkin lebih karena alasan yang kedua.

Tentang kondisi penuhnya kereta api saat itu, saya tidak melebih-lebihkan. Saat itu saking penuhnya, pedagang yang biasanya bergerak dari satu gerbong ke gerbong lain harus bersusah payah untuk berjalan membawa dagangannya. Beberapa pedagang bahkan harus rela melepas alas kakinya bukan karena kereta api ini berkarpet, tetapi karena tidak mau mengotori orang-orang yang ia lewati saat berjalan. Karena saat berjalan paling tidak ia harus melewati kaki atau bahu orang-orang yang bergeletakan duduk di tengah jalan. Bayangkan saja kondisi itu dan sekali lagi saya tidak melebih-lebihkan.

Lalu saat itu saya ada dimana? Seperti yang saya katakan tadi saat berada di dekat kamar kecil tepatnya di dekat sambungan gerbong. Untungnya tidak sampai tercium aroma-aroma yang kurang sedap. Untungnya.

Saat berbicara tentang kereta ini dengan teman yang cukup sering menggunakan jasa transportasi jenis ini, sebenarnya nama yang disematkan pada kereta ini sangat bagus. Kahuripan yang berasal dari bahasa Jawa yang berarti Kehidupan. Apabila anda ingin merasakan kerasnya kehidupan boleh kiranya sekali-kali anda mencoba kereta ini. Mungkin begitulah guyonan yang sering dilontarkan oleh saya mengenai kereta ini.

No comments: