Saturday, May 20, 2006

Risalah Keindahan

Dan aku masih memandanginya. Senyum yang indah dan lesung pipi berpadu di wajahnya. Sangat cantik, secantik bundanya. Aku menggenggam tangannya yang hangat dan lembut. Kami berjalan beriringan.
"Karena aku ingin melihat senja," katanya saat aku bertanya mengapa ia mengajakku berjalan-jalan.
Sebuah angin sore menyapa lembut wajah kami.
"Karena senja memberikan kedamaian setelah datangnya semangat mentari siang. Karena senja memberikan harapan akan datangnya mentari esok pagi. Karena senja adalah senja," tambahnya.
Aku memperlambat langkahku, mengikuti langkah-langkah kecilnya yang manis.
Mutiara-mutiara air turun dari langit. Hujan gerimis. Kami berteduh. Angin kembali menyapa kami. Aku merapatkan jaket yang membalut badannya. Ia merapikan hijabnya yang sedari tadi mulai kusut dipermainkan angin.
Hujan berhenti. Sebuah pelangi terlukis di langit. Menyerap sisa-sisa cahaya mentari senja dan memuntahkannya ke kanvas langit.
"Itu apa?" tanyanya. Kujawab, pelangi.
"Mulai sekarang aku menyukai pelangi," katanya. Aku bertanya mengapa.
"Apakah selalu ada pelangi?" ia balik bertanya. Aku jawab, kita akan dapat melihat pelangi pada saat yang tepat. Aku bertanya kembali, kenapa ia menyukai pelangi.
"Karena, ia indah. Keindahan yang muncul setelah dinginnya hujan yang membasahi bumi. Hmm indah." Aku kembali menatap wajahnya erat. Cantik.
Kami berjalan menuju taman bunga. Tanah yang basah oleh hujan menyertai langkah kami. Ia berhenti, menekuk lututnya dan berjongkok. Ia mengamati sebuah kepompong. Seekor kupu-kupu yang sedang berjuang keluar dari kepompongnya. Aku kembali melihat wajahnya. Aku selalu kagum dengan kecantikannya saat mengagumi dan memperhatikan sesuatu.
Lalu ia berujar, kenapa ia begitu memperhatikan kepompong dan kupu-kupu itu.
"Karena, ia indah. Keindahan yang muncul setelah perjuangan melawan kesepian. Keindahan yang harus dibayar dengan kesendirian. Dan keindahan yang harus dibayar dengan meninggalkan rumah hangatnya agar bisa melihat dunia luar dengan lebih jelas."
Dan proses metamorfosa telah mencapai puncaknya. Sebuah kupu-kupu yang indah terbang, menorehkan tulisan-tulisan tak terlihat di kertas udara. Sebuah keindahan muncul.
Kami pun berjalan kembali. Ia memasukkan tangan kecilnya ke tas selempang yang sedari tadi ada di bahunya. Seperti mencari sesuatu. Sebuah bunga mawar putih yang indah telah ada di genggamannya. Ia mengarahkan bunga itu ke arahku. Seperti hendak mengatakan sesuatu, aku mendekatinya.
"Selamat milad ayah." Sebuah senyum berpadu dengan lesung pipi tercipta di wajah mungilnya. Aku tertegun.
"Terima kasih Iena kecil, " begitu aku memanggilnya. Dan aku masih tertegun. Dan keindahan itu tercipta di atas keindahan. Iena kecilku, secantik dan secerdas bundanya.

-untuk semua orang yang lahir di bulan Mei ^ ^-

No comments: