Saturday, June 18, 2005

...masalah...

Bismillah.
Apa artinya masalah bagi seorang mahasiswa (katakanlah manusia intelek)? Masalah tuh katanya adanya ketidakcocokan antara teori dengan kenyataan (bener nggak sih?). Trus katanya lagi masalah tuh harus dilihat dari berbagai sisi atau aspek sebelum menyusun solusinya. Meminjam istilah Ary Ginanjar dalam buku beliau ESQ Power 'berpikir melingkar'.
Dan katanya lagi kita hidup karena masalah dan kita berkembang karena masalah-masalah yang kita hadapi dan masalah-masalah yang berhasil diselesaikan.
Sesuatu yang kita pelajari sedikit banyak akan menjadi pola pikir (setahuku memang itulah salah satu tujuan pendidikan).
Aku akan menulis sepengetahuanku saja. Karena aku dibesarkan di Tek.Industri maka aku akan mencoba menulis dari sisi itu.
(Sebelumnya maaf jika nantinya aku lebih banyak 'sok' tahu tentang TI)
Bicara soal TI, yang aku tahu adalah problem solving (karena itu disebut teknik) yang mengurusi industri (makanya pake embel-embel industri). Selebihnya yang ada di kepalaku adalah produktifitas, efektifitas dan efisiensi, there is no best way but there is always better way, bla bla. Seseorang yang ngaku mempelajari TI, idealnya berpikir secara sistem. Memandang persoalan dari berbagai sisi, bukan secara parsial. Tergantung sistem yang menaungi permasalahan itu. Aspek yang biasanya dilihat adalah manusia, mesin, uang, material, metode, informasi dll (Teman2 di TI pasti sudah cukup tahu).
Aku akan mencoba lebih spesifik lagi. Karena merasa belum 'mumpuni' jika membahas masalah secara sistem, maka aku akan mencoba membahas masalah lewat sisi manusia (human factor atau ergonomi).
Secara ideal, kita harus menggunakan referensi apabila berbicara tentang suatu hal, apakah itu teori, pendapat ahli atau apapun yang bisa dipertanggungjawabkan. Tapi dunia tak seindah dalam buku Bung!! Untuk itulah diperlukan kreatifitas untuk memandang dan memecahkan suatu masalah. Sebagai contoh di buku Teknik Tata Cara Kerja atau karangan Niebel, disebutkan bahwa temperatur ideal untuk bekerja adalah 25 derajat celcius dan semakin rendah apabila pekerjaannya semakin berat. Saat turun ke shopfloor (misalnya ke perusahaan pembuatan sepeda Polygon) wuiiih sepertinya suhunya jauh di atas 25 derajat deh (seharusnya juga pake data kuantitatif misalnya diukur pake termometer). Karena memakai konsep Human Centered Design dan lagi megang buku TTCK, wah ini nggak cocok ama yang di buku seharusnya emmm... 24 derajat nih. Trus solusinya gimana? Karena ini nih di Surabaya dan meskipun semua tembok diubah jadi jendela, nggak bakalan turun jadi 24 deh. Gimana kalo pake AC aja, kan bisa diatur-atur tuh suhunya. Lalu seorang dosen yang jago masalah2 yang beginian akan berkata: Ya elah, kalo gitu mah gak usah jauh-jauh kuliah di TI ITB, anak es-em-pe juga tahu.
Nah begitulah. Mungkin semua sudah mengetahui apabila menghadapi permasalahan harus dilihat dari berbagai sisi. Tidak terburu-buru mendefinisikan masalah lalu terburu-buru juga menelurkan solusinya. Sehingga solusi yang dikeluarkan memang benar2 menyelesaikan masalah, bukan menyebabkan masalah baru.
Selamat menghadapi masalah. We can't life without problem (I think...)
Wallahu'alam.

No comments: