Saturday, June 17, 2006

Cuma butuh istirahat

Mungkin tidak penting, tapi saya hanya mau berbagi ;p.

Kemarin, saya memecahkan sebuah rekor yang nggak penting. Pertama kali ke dokter selama kuliah 4 tahun di ITB dan pertama kali ke dokter sendirian alias nggak ada yang nemenin. Terakhir ke dokter, seingat saya 4 tahun yang lalu dan masih ditemani ibuku tersayang hehehe. Entah kenapa saya sangat malas berhubungan dengan obat, dokter, rumah sakit dan sejenisnya.

Berawal dari rasa penasaran terhadap sakit yang misterius, saya memutuskan untuk cek darah. Pikir saya, sekalian saja cek darah biar ketahuan kalo ada sakit yang aneh-aneh.

"Mbak mo cek darah."
"Cek darah apa mas?"
"Widal gitu? Ada ya mbak?" jawabku sangat tidak yakin sambil ngelihatin mbaknya. Abis mbaknya 'lucu' sih. Haha :D gak penting.
"Sekalian trombositnya?"
"Emm. Ya deh. Biar skalian."
"Emang udah berapa lama ngerasa sakitnya?"
"Ya, sebulanan lah mbak."
"Ha, sebulan." Saya cuma bisa tersenyum.
Pasti bukan mbak ini yang bakalan ngambil sampel darahnya. Eh ternyata salah. Mbak ini juga yang ngambil sampel darah. Akhirnya lengan baju dilipat sampai abis, lengan atas diikat sama karet (persis kayak orang mo ngobat) trus darah diambil pake jarum suntik. Lumayan ngilu dan bekas suntiknya masih ada sampai sekarang.

Nunggu seperempat jam buat tahu hasil tes darahnya.
"Gimana mbak?"
"Trombositnya normal. Tipus juga nggak ada. Tapi ini mungkin yang nyebabin demam, " sambil nunjukin angka di hasil cek darah yang sama sekali saya tidak tahu artinya apa. Alhamdulillah.
"Jadi gimana mbak?"
"Mendingan mas sekarang ke dokter. Nanti dokternya pasti tahu kok ngasih obat apa."
"Oh gitu ya mbak. Ya udah mbak. Makasih."
"Cepet sembuh ya mas."
"Eh ya mbak. Makasih."

Berikutnya ke dokter rekomendasi seorang teman.
"Sakit apa?"
Sedikit blablabla tentang maag dan demam trus nunjukin hasil cek darah.
Singkat kata setelah diperiksa dokternya bilang, cuma butuh istirahat.
"Udah sholat mas?". Waktu itu sedang maghrib.
"Belum dok."
"Ya udah sholat dulu saja. Biar saya ambil obatnya dulu."
Setelah sholat.
"Jadi beneran gak papa ya, dok?" memastikan.
"Iya. Cuma butuh istirahat. Ini obat maagnya diminum 3 kali sehari. Trus obat ini kalo demam saja."
"Terima kasih dok."
"Cepet sembuh ya. Syafakallah," kata dokternya.
Ziiing. Hampir saja mau saya balas dengan ucapan jazakallah (lha wong seharusnya jazakillah) tapi gak jadi. Langsung aja cabut dengan sebelumnya bilang "Makasih banyak Dok". Wah bisa malu nih kalo salah jawab hehe.

Setelah semua kejadian itu saya hanya bisa senyum-senyum sendiri. Mungkin seperti anak kecil yang rewel kalo harus ke dokter tetapi lega setelah tahu kalo dokter itu bukan seperti seorang nenek sihir yang suka makan anak kecil. Hahaha benar-benar gak penting. Paling tidak saya mempunyai perspektif baru tentang obat (yang dikasih dokter), dokter, rumah sakit (dan dokternya) dan hal-hal sejenis (pokoknya yang berhubungan dengan dokter). Btw, emang dokter itu kebanyakan baik dan 'lucu' ya???hehehe.

----------------------------------
Syafakallah : semoga Allah menyembuhkanmu
Jazakallah (untuk perempuan jazakillah) : semoga Allah membalas kebaikanmu

No comments: