Tuesday, December 12, 2006

Bangsaku, bangsaku

Paling enak meringkuk di bawah selimut, apalagi di bawah udara Bandung yang dingin. Tapi jikalau meringkuk karena kepala berat dan berputar-putar maka keenakannya akan jauh berkurang. Ditambah mendengarkan siaran radio yang materinya cukup berat untuk ukuran siaran pagi. Menurut survey yang dilakukan oleh sebuah lembaga tentang persepsi masyarakat tentang lembaga terkorup menghasilkan 3 lembaga yang cukup familiar dengan kita. Ketiga lembaga itu antara lain -saya tidak ingat urutan pastinya- : DPR, Kejaksaan dan Kepolisian. Kontan saja, kepala saya ikut memikirkannya dan ujung-ujungnya tambah pusing. Pingin mematikan radio sayang, ada wacana bagus untuk tambahan pengetahuan. Tidak dimatikan, informasi-informasi yang keluar dari mulut radio itu berjejalan masuk lewat kuping dan ikut memenuhi otak. Alhasil, saya biarkan ia -radio saya- berkoar-koar yang ujung-ujungnya membuat saya tidak bisa terlelap.

Jika anda sedang bersantai di pagi hari, coba dengarkan acara Risalah Pagi di MQ FM. Lumayan bisa menambah cakrawala berpikir kita. Seringkali materi yang diperbincangkan bagus dan tentu saja terkini. Seperti tadi pagi, membicarakan tentang persepsi masyarakat tentang lembaga terkorup.

Karena acaranya dikemas dalam bentuk perbincangan, tentu saja ada narasumber dan pirsawan yang urun memberikan pendapatnya. Ada yang mengatakan, bahwa beberapa oknum wartawan yang suka memeras pejabat. Ada juga pejabat yang sengaja membuat proyek-proyek tambahan untuk menghabiskan dana. Dengan dalih, dana yang ada harus habis dan apabila tidak dihabiskan maka tahun depan tidak akan mendapatkan kucuran dana yang serupa. Dan beberapa informasi lain yang tidak dapat saya tangkap dengan jelas.

Tentang proyek-proyek yang diadakan untuk menghabiskan dana ini, saya punya sedikit pengalaman menarik. Bersinggungan secara langsung -atau tidak langsung??- dengan proyek-proyek semacam ini. Salah satunya proyek yang diset sebagai proyek akhir tahun sehingga penggarapannya terkesan terburu-buru. Sebelum tutup buku, dalihnya. Apapun yang terjadi proyek ini harus jalan. Satu proyek yang lain terkesan juga 'lucu'. Saya yang notabene telah tutup kontrak dengan proyek ini, tiba-tiba diminta menghitung ulang kelayakannya. Sebelum sempat menanyakan alasannya, saya diberi jawabannya : karena nilai investasinya terlalu kecil serta dana yang tersedia jauh lebih besar. Alhasil, nilai investasi yang awalnya 400an juta membengkak -atau dibengkakkan?- menjadi 3 milyar kurang 13 juta. Saya awalnya kaget. Tapi karena hasilnya layak juga, apa boleh buat.

Perasaan terkagum-kagum, risih, bingung, marah dan perasaaan-perasaan tak jelas lainnya bercampur baur. Kenapa dana yang ada harus dihabiskan? Kenapa jikalau memang tidak terpakai dikembalikan saja ke negara buat tahun depan? Kenapa mesti mengeluarkan investasi yang besar untuk obyek yang sebenarnya tidak memerlukannya? Dan kenapa-kenapa lainnya sampai pusing sendiri. Dengan semangat berpikir baik : mungkin dengan menghabiskan dana dan investasi lebih besar maka pembangunan yang dilakukan akan lebih baik. ??. Ah memang pikiranku belum sampai.

Ingin rasanya tidur meringkuk di bawah selimut dan terbangun saat bangsa ini telah menjadi bangsa yang mulia. Ah tapi tak mungkin. Sementara ini hanya bisa menggumam : bangsaku, bangsaku.

Wallahu a'lam.

2 comments:

Trian Hendro A. said...

Satu proyek yang lain terkesan juga 'lucu'. Saya yang notabene telah tutup kontrak dengan proyek ini,...

mau 'nyalahin' pimpinan nih? ck..ck..ck..

Aulia said...

Kenapa bisa sampai pada kesimpulan : mau 'nyalahin' pimpinan nih? ck..ck..ck.. ?

'lucu'=sinis?? Awalnya tidak 'lucu', tapi akhirnya ada yang 'lucu'. Bukan berarti semuanya 'lucu'. Lucu karena ada sesuatu yang tidak bisa saya terima (tentu saja menurut paradigma saya). Merasa lucu karena tidak bisa melakukan sesuatu yang menurut saya tidak bisa saya terima. Ukuran saya dan orang lain bisa jadi beda. Namanya juga opini.