Saturday, December 17, 2005

J minus...

Hal yang terulang, mungkin hampir setiap kali bersama dengan pekerjaan ataupun tugas yang harus diselesaikan. Mungkin telah menjadi suatu karakter diri hingga cukup sulit untuk mengubahnya. Hanya porsi kecil dari keseluruhan tugas yang mampu dikerjakan tanpa campur tangan dari karakter ini. Mental deadliner, bagi saya, cukup susah untuk dihilangkan. Meskipun setiap kali menyelesaikan tugas, dengan terburu-buru karena kurangnya kesungguhan, menimbulkan rasa penyesalan, tapi toh tetap juga juga dalam kesempatan yang lain, sifat ini selalu membayangi diri, seperti tak mau lepas.

Kasus yang paling dekat dengan tulisan ini dibuat adalah pengumpulan tugas salah satu mata kuliah. Bisa dikatakan mulai benar-benar mengerjakan beberapa jam sebelum tugas tersebut dikumpulkan. Padahal perkiraan saya pribadi tugas tersebut membutuhkan waktu minimal 3 hari agar bisa selesai dengan optimal. Bayangkan saja, dalam waktu yang hanya beberapa jam, dalam keadaan yang cukup panik dan apapun yang terjadi tugas terebut harus selesai dan dikumpulkan, fisik seakan bekerja sendiri, kosong, tidak tahu apa yang dikerjakan. Dalam kondisi seperti itu dapat dipastikan, hasil yang dicapai tidak akan optimal.

Mental deadliner pasti ada penyebabnya. Mungkin akan cukup rumit untuk mendekomposisi penyebab yang mengakibatkan adanya mental deadliner pada diri seseorang. Karena sepertinya faktor-faktor tersebut saling berkait.
Pertama, faktor dari diri masing-masing. Beberapa orang mempunyai kemauan atau motivasi yang kuat untuk menyelesaikan sesuatu yang harus ia kerjakan. Beberapa yang lain terbiasa dengan bekerja seadanya ataupun malas-malasan tanpa mempunyai motivasi.
Kedua, faktor dari lingkungan. Seringkali dalam mengerjakan tugas tidak bisa dikerjakan secara personal. Lingkungan yang ada di sekitar kita mempengaruhi pola pikir dan perilaku kita. Konon katanya energi negatif dari seseorang akan gampang menular ke orang yang lain. Karenanya apabila seseorang mempunyai energi negatif berupa mental deadliner, maka energi tersebut akan menular ke orang-orang sekitarnya. Meskipun, katanya juga, energi positif lebih mudah menular daripada energi negatif. Jadi kalau ada seseorang yang bersemangat biasanya semangat itu akan menular ke sekitarnya.
Ketiga, faktor tugas itu sendiri. Coba bandingkan antara tugas yang sesuai dengan minat kita (yang ini kembali ke faktor personal) dengan tugas yang membuat kita sampai pada kondisi yang jenuh bahkan eneg. Sebagian dari kita pasti menyikapi kedua jenis tugas tersebut dengan berbeda.

Disamping ketiga faktor di atas, mungkin terdapat penyebab-penyebab lain yang ikut memberikan andil dalam terciptanya mental deadliner. Penyebab-penyebab yang mungkin harus kita cari tahu, terutama untuk kita yang merasa memiliki sifat deadliner ini.

Solusi yang bisa dilakukan adalah kembali ke masing-masing personal kita. Kitalah yang harus bisa menggerakkan diri kita sendiri. Kitalah yang harus memberi motivasi ke diri kita sendiri. Kalau hal itu tidak bisa kita lakukan, maka sebenarnya hidup kita tidak akan optimal. Kewajiban kita lebih banyak daripada waktu yang tersedia. Saat kita sadar akan kewajiban-kewajiban kita, maka kita kan menyelesaikan kewajiban-kewajiban tesebut dengan baik. Karena saat kita menyelesaikan satu tugas, pasti ada tugas lain yang telah menunggu kita.

Wallahua'lam.

2 comments:

the Tea Maker said...

heheh..lagi pusing sama tugas kuliah neeh an? kebetulan dah selesai semester ini hehe..
ad pengalaman berbeda, coz ak kan prnh ngerasain gmn kejamnya tugas kuliah di Indo hehe..
semester dpn aku full-time, minimal 12 credits. nah lho di Indo lak minimal 18 sks hiyaaaaa...

di sini standar maks tiap semester cm 5 kelas, dibanding yg 6-8 kelas.
pas pertama sih ak mikir, "halah, ecek2 la'an 1 smster 12 sks aja dibilang berat!"
tp trnyata emang beda hehe..keadaannya beda bgt!
nah jd perbandingannya sama2 full-time..di Indo 18 sks, di sini 12 sks..tp beratnya sama or bhkan kadang2 lbh nggapleki hehehe...

semester dpn iki piye ak blm bayangin, wis dftr 4 kelas sih, mau nambah 1 lagi ediiaaaannn!

Anonymous said...

kalo menurut saya, manusia tidak akan pernah berkata 'aku punya waktu' tapi melainkan 'aku tak punya banyak waktu'.karena kita sebenarnya hanya bisa punya waktu jika meluangkannya.

salam kenal,,,
deena_ishtar@yah.com