Wednesday, June 28, 2006

Ketinggalan Kereta

Ada yang pernah baca tulisan yang bunyinya seperti ini?
"Kalau kau ingin tahu arti 1 tahun, tanyakan kepada murid yang tidak naik kelas...." dst dst
Pokoknya intinya seperti itu.
Dan saya juga punya tulisan sendiri semacam itu.
"Kalau kau ingin tahu arti 10 menit, tanyakan kepada sopir angkot S*dang S*rang C*ringin yang seenak hati ngetem di Balubur, depan Rektorat alias Annex, Unisba, BEC & Gramedia dst dst.
Kalau kau ingin tahu arti 10 menit, tanyakan seberapa besar dendamku ke sopir angkot s****n itu karena membuatku tertinggal kereta api eksekutif"

Tulisan di atas mewakili awal kisah perjalanan aneh saya ke Surabaya. Perjalanan Bandung-Surabaya dengan membawa misi tertentu hanya dilewati dalam 2 malam 1 hari alias bermalam di kendaraan alias pagi sampai Surabaya, sore balik lagi ke Bandung. Perjalanan yang mirip ketika dulu saya ke Jogja dan dengan komentar yang hampir sama juga "Nggak capek tuh?". Saya cuma bisa membatin, "Iya sih capek, tapi gimana lagi."

Diawali dengan ketinggalan kereta eksekutif. Waktu itu mulai panik. Akhirnya naik kereta apa saja asal ke arah timur dan berangkat lebih dari jam 18.45. Pokoknya berangkat malam itu juga, gak peduli. Alhamdulillah akhirnya sampai juga di Surabaya meski telat beberapa jam. Setelah menyelesaikan semua urusan di Surabaya, saya langsung ke stasiun. Karena masih penasaran dengan sebuah kereta eksekutif yang bernama Turangga, maka saya memesan tiket kereta itu untuk balik ke Bandung. Karena tidak ingin ketinggalan kereta lagi, saya stand by di stasiun beberapa jam sebelum keberangkatan. Lagipula saya juga tidak tahu mesti kemana lagi. Berputar-putar di sekitar stasiun mencari sebuah makhluk bernama Kue Lapis tapi tidak ketemu. Ya sudah, akhirnya duduk manis di ruang tunggu sambil menikmati udara panas kota Surabaya.

Yang membuat saya lebih menyesal lagi ketinggalan kereta itu adalah setelah tahu fasilitas yang disediakan oleh kereta yang bernama Turangga itu. Makan malam, kursi empuk^ ^, toilet yang cukup bersih, AC, bantal, selimut dan yang paling penting adalah bebas asap rokok. "Yah hitung2 beramal buat PT. KA yang hampir .....," kata teman saya setelah tahu saya ketinggalan kereta itu. Hehehe. Bener gitu bang Trian :p.

Tuesday, June 20, 2006

Kupu-kupu


Aku menguyah makanan yang ada di mulutku sambil berjalan kecil.
"Adek. Makannya jangan sambil jalan donk. Kan nggak baik," kata Bundaku.
Aku berhenti sebentar lalu berjalan kembali sambil tetap menguyah makanan yang ada di mulutku.
"Bunda, aku mau lihat kupu-kupu itu," kataku sambil mengarahkan telunjukku ke arah makhluk bersayap itu.
"Boleh," kata Bundaku dengan sangat sabar.
"Bunda. Aku tidak bisa menangkapnya," ujarku setengah sedih.
"Mungkin adek harus mengejarnya."
Aku segera mempercepat langkahku, setengah berlari, mengejar kupu-kupu itu. Kupu-kupu itu berbalik arah menuju ke bundaku. Aku tetap mengejarnya.
"Tidak bisa, Bunda," teriakku setengah kesal.
"Tanganmu kurang tinggi meraih kupu-kupu itu. Coba kau angkat tanganmu setinggi-tingginya. Sampai kau bisa menyentuh kupu-kupu itu."
Aku masih berlari. Aku berusaha merentangkan tangan sepanjang-panjangnya, berusaha menggapai kupu-kupu itu. Tapi tetap tidak bisa.
"Ah, tidak bisa, Bunda."
"Apa mau Bunda bantu menangkapnya?" bundaku bertanya.
"Ah, nggak usah bunda. Aku ingin menangkapnya sendiri. Kan nggak seru jadinya."
"Ya udah."
Beberapa menit aku mengejarnya. Tapi tetap saja tidak bisa.
"Adek kesini dulu," kata Bundaku.
Aku yang hampir menyerah, menuruti kata-kata bundaku dan untuk sementara menghentikan pengejaran.
"Adek, makannya dihabiskan dulu," ucap Bundaku dengan sangat lembut.
"Nanti kalau makanannya dihabiskan, adek akan cepet gedhe. Adik akan setinggi Bunda dan bisa menangkap kupu-kupu itu."
"Gitu ya Bunda?" tanyaku memastikan.
"Iya."
Lalu Bundaku menyuapkan sesendok makanan ke mulutku. Dan aku tersenyum sambil memandangi kupu-kupu yang terbang lincah mengitari kami.

Contre-jour


Kontras. Beda. Kadang itu yang sering kita butuhkan dalam hidup ini. Pernah mendengar daerah abu-abu? Daerah yang bukan hitam, tapi putihpun bukan. Daerah peleburan antara dua hal yang sebetulnya berbeda. Gradasi warna menyebabkan kita tidak merasakan perbedaan yang jelas antara keduanya. Mata kita terlalu terpana dengan kelembutan halus yang berubah pelan antara hitam dan putih.

Dunia tidak seperti bilangan biner dimana nol dan satu dapat dibedakan dengan sangat jelas. Dunia seperti sebuah palet dimana setiap warna bisa tumpah ruah di atasnya, bercampur dengan warna yang lain dan meninggalkan jejak warna murninya. Warna yang terkadang menjadi sangat indah tetapi sering juga menipu.

Beruntunglah orang-orang yang bisa membedakan berbagai macam warna yang berbaur di kanvas dunia ini. Beruntunglah orang-orang yang mampu memilah satu warna dari jutaan warna yang lain dan mencerap warna yang benar-benar baik baginya dan murni. Beruntunglah orang-orang yang dikelilingi oleh orang-orang yang mampu menyaring dan menyuling setetes tinta menjadi setetes air murni yang menyegarkan. Beruntunglah orang-orang yang mempunyai warna yang tegas dan mampu mewarnai yang lain dengan kemurnian warnanya itu.

Ah, andai dunia ini hanya hitam dan putih. Tapi tidak.....

Tidak semudah itu menciptakan kontras yang kuat antara hitam dan putih, terang dan gelap.

Saturday, June 17, 2006

Cuma butuh istirahat

Mungkin tidak penting, tapi saya hanya mau berbagi ;p.

Kemarin, saya memecahkan sebuah rekor yang nggak penting. Pertama kali ke dokter selama kuliah 4 tahun di ITB dan pertama kali ke dokter sendirian alias nggak ada yang nemenin. Terakhir ke dokter, seingat saya 4 tahun yang lalu dan masih ditemani ibuku tersayang hehehe. Entah kenapa saya sangat malas berhubungan dengan obat, dokter, rumah sakit dan sejenisnya.

Berawal dari rasa penasaran terhadap sakit yang misterius, saya memutuskan untuk cek darah. Pikir saya, sekalian saja cek darah biar ketahuan kalo ada sakit yang aneh-aneh.

"Mbak mo cek darah."
"Cek darah apa mas?"
"Widal gitu? Ada ya mbak?" jawabku sangat tidak yakin sambil ngelihatin mbaknya. Abis mbaknya 'lucu' sih. Haha :D gak penting.
"Sekalian trombositnya?"
"Emm. Ya deh. Biar skalian."
"Emang udah berapa lama ngerasa sakitnya?"
"Ya, sebulanan lah mbak."
"Ha, sebulan." Saya cuma bisa tersenyum.
Pasti bukan mbak ini yang bakalan ngambil sampel darahnya. Eh ternyata salah. Mbak ini juga yang ngambil sampel darah. Akhirnya lengan baju dilipat sampai abis, lengan atas diikat sama karet (persis kayak orang mo ngobat) trus darah diambil pake jarum suntik. Lumayan ngilu dan bekas suntiknya masih ada sampai sekarang.

Nunggu seperempat jam buat tahu hasil tes darahnya.
"Gimana mbak?"
"Trombositnya normal. Tipus juga nggak ada. Tapi ini mungkin yang nyebabin demam, " sambil nunjukin angka di hasil cek darah yang sama sekali saya tidak tahu artinya apa. Alhamdulillah.
"Jadi gimana mbak?"
"Mendingan mas sekarang ke dokter. Nanti dokternya pasti tahu kok ngasih obat apa."
"Oh gitu ya mbak. Ya udah mbak. Makasih."
"Cepet sembuh ya mas."
"Eh ya mbak. Makasih."

Berikutnya ke dokter rekomendasi seorang teman.
"Sakit apa?"
Sedikit blablabla tentang maag dan demam trus nunjukin hasil cek darah.
Singkat kata setelah diperiksa dokternya bilang, cuma butuh istirahat.
"Udah sholat mas?". Waktu itu sedang maghrib.
"Belum dok."
"Ya udah sholat dulu saja. Biar saya ambil obatnya dulu."
Setelah sholat.
"Jadi beneran gak papa ya, dok?" memastikan.
"Iya. Cuma butuh istirahat. Ini obat maagnya diminum 3 kali sehari. Trus obat ini kalo demam saja."
"Terima kasih dok."
"Cepet sembuh ya. Syafakallah," kata dokternya.
Ziiing. Hampir saja mau saya balas dengan ucapan jazakallah (lha wong seharusnya jazakillah) tapi gak jadi. Langsung aja cabut dengan sebelumnya bilang "Makasih banyak Dok". Wah bisa malu nih kalo salah jawab hehe.

Setelah semua kejadian itu saya hanya bisa senyum-senyum sendiri. Mungkin seperti anak kecil yang rewel kalo harus ke dokter tetapi lega setelah tahu kalo dokter itu bukan seperti seorang nenek sihir yang suka makan anak kecil. Hahaha benar-benar gak penting. Paling tidak saya mempunyai perspektif baru tentang obat (yang dikasih dokter), dokter, rumah sakit (dan dokternya) dan hal-hal sejenis (pokoknya yang berhubungan dengan dokter). Btw, emang dokter itu kebanyakan baik dan 'lucu' ya???hehehe.

----------------------------------
Syafakallah : semoga Allah menyembuhkanmu
Jazakallah (untuk perempuan jazakillah) : semoga Allah membalas kebaikanmu

Sunday, June 11, 2006

Selaksa Makna Lagi dari Pangeran Kecil

Entah berapa kali membaca buku Little Prince karangan Antoine de Saint Exupery dan setiap membacanya pasti menemukan sesuatu yang baru dari cerita yang ditulisnya itu. Mungkin benar bahwa di dalam cerita itu bertebaran begitu banyak teka-teki yang mungkin tidak bisa langsung dipahami dalam sekali baca. Mungkin itulah yang terjadi pada saya. Saat pertama kali membaca, kesan yang timbul cuma 'ooh, begitu ya ceritanya'. Begitu membaca kali kedua, ketiga, keempat dan seterusnya semakin banyak hal baru yang berhasil ditangkap. Mungkin seperti mendapat jawaban dari teka-teki yang ada. Mungkin juga hanya rasa 'sok tahu' yang muncul dari saya, seorang pembaca yang masih bego.

Tetapi melihat latar belakang penulis, saya mulai sedikit banyak mengerti 'makna' di balik cerita yang ia tulis. Di cerita yang menurut seorang teman saya cukup menjelek-jelekkan orang dewasa itu, saya cukup banyak menangkap pesan yang coba ia sampaikan lewat novel ini.

Satu hal yang sangat saya rasakan dan begitu mengena ketika terakhir kali saya baca dan ketika mencoba browsing ke Wikipedia, ternyata Wikipedia merasakan hal yang sama hehehe. Saya mencoba mengutip tulisan tentang Little Prince dari Wikipedia (yang bahasa Inggris lebih ngena soalnya :D) :
"On ne voit bien qu'avec le cœur, l'essentiel est invisible pour les yeux" (You only see rightly with the heart, what matters is invisible to the eyes)
"You become responsible, forever, for what you have tamed"
"It is the time you have wasted for your rose that makes your rose so important".
Tiga kalimat itu diucapkan oleh rubah saat bertemu dengan Pangeran kecil. Tentang maknanya mungkin semua orang akan merasakan hal yang berbeda meskipun mirip.

Aku mungkin sama seperti ribuan rubah yang lain dan mungkin kau seperti ribuan anak kecil yang lain. Tetapi jika kau menjinakkan aku, maka kau akan menjadi unik bagiku. Mungkin seperti itulah yang diucapkan rubah kepada Pangeran Kecil (tentu saja redaksinya tidak persis sama). Satu lagi yang dirasakan Pangeran Kecil. Saat pertama kali melihat ribuan mawar di taman, ia melihat bahwa ribuan mawar itu sama dengan mawarnya yang ada di planet tempat asalnya. Tetapi setelah beberapa lama, ia menyadari bahwa mawar yang ia punyai itu tidak sama dengan mawar lain yang ada di manapun. Intinya, mawar yang ia miliki adalah unik, baginya.

Saat mencoba memasuki kehidupan orang lain lebih dalam, maka bersiap-siaplah untuk terluka lebih dalam juga saat kehilangannya. Paling tidak itulah yang pernah saya rasakan saat kehilangan seseorang yang begitu berarti bagi saya. Tapi saya rasa ada harga yang pantas untuk tiap sesuatu. Begitu juga saat kita mencoba memasuki kehidupan orang lain lebih dalam. Mungkin tidak perlu jauh-jauh berbicara. Mungkin mulai dari keluarga kita masing-masing.

Dulu saya dekat sekali dengan ayah saya (kata ibu saya, dulu pas masih muda, mirip banget dengan saya). Setiap kali mendapat marah dari ibu, selalu lari ke ayah yang notabene sangat sabar. Sangat sabar juga saat menghadapi kemarahan ibu versus kenakalan saya. Yang jelas saya sangat kehilangan beliau ketika beliau tidak lagi merasakan sakit dalam usia yang masih relatif muda. I miss u dad.

Pernah juga menangis karena 'kehilangan' seorang sahabat dekat. Cukup dekat, karena itu sangat sakit.

Tapi saya rasa jangan terlalu memikirkan rasa sakit yang timbul karena perpisahan. Karena perpisahan adalah sesuatu yang pasti terjadi. Anda hanya perlu menyiapkan hati. Nikmati saja saat-saat bersama orang yang anda 'jinakkan' atau bersama orang-orang yang 'menjinakkan' anda (Maaf kalau bahasa yang dipakai terkesan tidak baik, agak sulit mencari terjemahan kata 'tame' yang enak dibaca). Nikmati saja dunia anda yang semakin berwarna dengan dunia orang-orang yang ada di sekitar anda. Cerap setiap keindahan yang bertebaran di sekitar anda dan anda akan semakin indah. Selamat menjinakkan ^ ^.

Monday, June 05, 2006

Petuah Liburan

Saat melewati sebuah liburan, tak lengkap rasanya jikalau tidak berbagi atau bercerita. Seperti dulu saat SD barangkali. Tak terlalu banyak yang diceritakan mungkin, tapi saya rasa ada beberapa yang bisa dibagi.

Kemarin, tepatnya hari sabtu-minggu (3-4 Juni) keluarga besar lab kami mengadakan liburan bersama ke Ciwidey. Sebuah liburan yang tidak terlalu mewah barangkali, tetapi cukup berkesan bagi saya.

Banyak 'petuah' yang berhasil saya tangkap selama liburan lab kemarin, baik yang jelas terdengar oleh saya (tersurat) maupun yang tersirat (alias sok2an narik hikmah or something dari sesuatu yang saya lihat, dengar dan rasakan ;p).

Petuah pertama. Yang ini tersurat, berasal dari Pak Ifti, dosen lab saya, saat membuka acara liburan dan makan siang. Seperti biasa, petuah beliaulah yang selalu ditunggu setiap acara lab kami. Intinya adalah 'kalian harus meningkatkan kapabilitas kalian, terutama penguasaan bahasa asing'. Boleh jadi sekarang ITB menjadi the best university in Indonesia, tetapi melihat perkembangan universitas-universitas lain terutama universitas swasta bukan tidak mungkin ITB tidak lagi menjadi 'the best' tetapi 'among the best'. Mendengar petuah Pak Ifti itu rasanya ingin garuk-garuk kepala. Terutama yang bagian bahasa asing alias bahasa Inggris. Teringat dulu saat wawancara dengan Pak Ifti waktu rekruitmen asisten lab. Saat itu harus berpikir keras saat harus mem-bahasainggris-kan 'SD alias Sekolah Dasar'. Tidak tahu kenapa, waktu itu otak serasa kosong. Dan dengan muka polos waktu itu hanya menjawab "Yes, it is, Sir", saat Pak Ifti mengucapkan Elementary School. Lumayan malu sih tapi untungnya tetep lolos jadi asisten hehe.

Petuah kedua. Yang ini juga tersurat. Masih dari Pak Ifti, saat kami mengunjungi beliau di cottage-nya pagi-pagi. Diawali dari sebuah pertanyaan, kenapa perkebunan teh ini bisa bertahan sampai sekarang. Mungkin sudah lebih dari 150 tahun sejak Belanda pertama kali membuka perkebunan ini yang mungkin sebelumnya adalah hutan, sama seperti hutan yang mengelilingi perkebunan teh ini sekarang. Jawabannya adalah riset. Belanda saat itu melakukan riset tentang kondisi tanah, curah hujan, suhu, ketinggian dsb sebelum memutuskan membuka kebun teh di daerah itu. Dan buktinya sampai sekarang, riset itu berhasil dan kebun teh itu tetap ada sampai sekarang. Sesaat terbersit kekaguman akan riset yang dilakukan oleh Belanda yang notabene saat itu masih berlabel 'penjajah'. Sesaat berikutnya, dzig, tertohok. ITB yang notabene salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia, yang setiap tahunnya menghasilkan ratusan penelitian, tetapi (katanya) tidak lebih dari 10 persen hasil penelitian tersebut teraplikasikan. Hiks, semoga hasil TA saya nantinya berguna bagi masyarakat. Yah, kalo tidak untuk masyarakat umum paling tidak berguna untuk pihak industri (mode pembenaran on ;p).

Petuah ketiga. Yang ini tersirat. Berasal dari sebuah insiden saat kami dalam perjalanan pulang ke Bandung. Jangan pernah melawan batu dengan batu. Jika anda ingin melawan kekerasan dengan kekerasan anda mungkin saja menang, tetapi pasti anda akan merasa sakit. Saat melakukan negosiasi atau musyawarah pastikan kedua belah pihak telah dapat menerima hasil yang disepakati dengan lapang dada, tanpa ganjalan apa-apa. Itulah kenapa saya kemarin turun kembali dari mobil meskipun kesepakatan telah tercapai karena saya tahu orang 'utama' dari insiden itu yang tidak ikut mengambil kesepakatan, pasti masih dongkol. Dan penilaian saya benar. Orang tersebut belum sepenuhnya menerima. Meskipun pada akhirnya menerima kesepakatan setelah hampir saja terjadi 'benturan' antar kubu. (Sory prend, kalo kemarin ada yang sampai luka).

Petuah ketiga (plus). Kalau anda ada dalam proses negosiasi yang berkemungkinan akan terjadi 'clash' maka siapkan beberapa hal. Mental, agar tetap tenang dan berpikir sehat selama proses negosiasi serta tentu saja keberanian. Refleks, untuk menghindari pukulan (atau apapunjenis serangan) dari pihak 'lawan'. Terakhir fisik, kalau terpaksa perkelahian tidak bisa dihindari. Minimal untuk mempertahankan diri. Tapi saya rasa fisik+skill. Paling tidak anda bisa mengelak atau menangkis saat diserang. Atau memukul, menendang saat anda perlu menyerang. Tapi perkelahian memang bukan pilihan yang baik. Satu petuah lagi. Jangan ngebut di jalan, terutama di jalan yang naik-turun dan berkelok. Kalo anda ngebut pastikan bahwa anda ber-skill dan mampu menanggung risiko (minimal kerusakan kendaraan dan fisik anda). Kalau anda tidak berskill dan tetap nekat untuk ngebut, yah (ini bener2 syarat minimal) anda harus tetap bisa mempertahankan laju motor anda (hanya berlaku untuk jenis kendaraan: motor) agar tidak sampai masuk selokan meskipun anda menabrak dan mematahkan spion mobil yang sedang melaju. Tapi hal ini benar-benar tidak disarankan. Please don't try this at street.

That's all. Semoga petuah-petuah liburan di atas dapat berguna bagi pembaca. Selamat berlibur. ^ ^